Tips-Tips Praktis Menulis Fiksi
Kabar baik buat para calon penulis seantero jagad raya. Siapa sih yang engga pengen jadi penulis hebat macam JK. Rowling, Goethe, Shakespeare, atau yang lainnya menurut versi kalian sendiri mungkin (Sebutin di komen, yah), punya banyak penggemar, famous, keren, dan banyak uang (pasti). Memang sih, kata banyak orang, menulis itu mudah. Tapi mungkin kalian bingung, soal bagaimana sih agar cerita menjadi menarik? atau bagaimana sih membuat pembaca tidak lekas bosan? dan lain-lain. Nah, kali ini akan saya
sodorkan tips-tips praktis berbagai masalah menulis fiksi yang saya dapatkan dari hasil membaca Silabus Menulis Fiksi karya Pak Edi, owner DIVA Press itu, loh! Berikut uraiannya, selamat membaca!
A.
Pembukaan cerita yang menggetarkan jiwa raga sepanjang hayat
Pembukaan cerita memberi peran
penting terhadap kemauan pembaca untuk membaca cerita anda. Pembukaan yang
membosankan akan membuat pembaca segera menutup buku dan pergi ke lain hati,
sedangkan pembukaan yang menarik akan terus merangsang pembaca yang Budiman
untuk membaca cerita anda.
Berikut
tipsnya:
- Jangan membuat kalimat yang terlalu panjang sehingga pembaca sesak nafas dan terkoyak-koyak matanya.
- Jangan bertele-tele. Misal menguraikan senja dengan segala macam diksi yang membuat pembaca bingung. (kecuali jika yakin, puitikamu mantap).
- Langsung saja menuju suspensi yang menyentak.
- Carilah sisi berbeda dari tema ceritamu.
- Bisa dengan dialog yang nampol.
- Bisa dengan quote yang menikam jiwa sepanjang masa.
- Langsung tampar pembaca dengan kalimat yang menyentak hatinya.
- Jangan basa-basi.
- Ciptakan karakter yang nyeleneh sejak awal kalimat.
Nah, intinya jangan membuat kalimat-kalimat yang
membosankan dan bertele-tele, lebih baik cari sisi berbeda, langsung menyentak
pembaca dengan sebuah kalimat, dialog, quote, gagasan, yang dapat
merangsang pembaca semakin penasaran dengan kelanjutan cerita.
B.
Suspensi = Kejutan = Dramatisasi
Penyakit umum dalam melanjutkan
membaca sebuah karya fiksi adalah karena bosan. Bosan disebabkan karena
beberapa faktor diantaranya cerita yang bertele-tele, kurang nendang, lempeng
seperti jalan tol, sajiannya datar, tidak ada gronjalan atau suspensi itu.
Kemampuan penulis menciptakan
suspensi-suspensi dramatis itu akan sangat menentukan keterseretan hati
pembacanya.
Berikut tips-tipsnya:
- Menguasai tema yang akan diceritakan.
- Ciptakan “ketegangan emosi” pada penokohan dan sudut pandang yang berbeda. missal berantem: tidak harus selalu dengan pukul-pukulan namun bisa misalnya dengan tweetwar.
- Dramatisasikan suasana cerita. Misal perpisahan, ya uraikan dengan kalimat sederhana yang menyayat hati.
- Bisa menggunakan tokoh-tokoh sampingan untuk mendramatisasi itu. missal gambaran tentang anak kecil yang setiap hari mesti mengamen demi sesuap nasi.
- Jiwai derita dan bahagia tokoh, seolah-olah kamulah pelakunya. Jiwai tokoh itu.
- Ciptakan “lompatan-lompatan alur” dengan harmonis.
- Jangan muter-muter dan bertele-tele seperti sinetron yang diirit.
- Kombinasikan kalimat panjang dan pendek sesuai suasana emosi yang dibangun.
- “Berpikirlah liar” agar membebaskan mindset-mu dari garis lurus A, B, C, dst.
C.
Logika cerita dan dialog
Salah satu poin yang penting untuk
dijaga konsistensinya ialah logika dalam cerita dan dialognya. Jangan ada
bagian yang terkesan tidak logis.
Berikut beberapa tipsnya:
- Apa pun yang diuraikan dalam cerita, harus memiliki alasan loginya. Misal, kenapa si tokoh jadi pembunuh, padahal tadinya seorang imam?
- Perhatikan kesesuaian “umur” dan “status” serta “latar-belakang” pengucap kalimat-kalimat atau perilaku yang dibuatnya. Masak anak kecil yang masih SD, ngobrol soal Demokrasi?
- Ciptakan konsistensi karakter tokoh-tokohmu. Termasuk dalam jenis kata yang diucapkannya.
- Insaflah bahwa ceritamu hanya akan dipahami dan meyakinkan pembaca jika benar-benar didasarkan pada logika yang bisa dipahami umum.
- Harus ada penjelasan logis pada setiap pemutarbalikan cerita.
D. Eksplorasi Setting
Sebuah setting
atau latar bisa menjadi sebuah kekuatan jika dijelaskan secara detail
berdasarkan jalannya cerita, bukan terjebak dalam berita.
Berikut
tipsnya:
- Cari data sebanyak-banyaknya tentang latar yang akan dibuat dalam cerita.
- Eliminasi data-data yang banyak itu sesuai dengan kebutuhan saja.
- Kemas semua data itu dalam sebuah cerita yang padu, baik dengan narasi maupun dialog.
- Pikirkan sisi lain dari latar. Misal tentang eiffel, data sudah punya, kemudian jangan hanya memikirkan gimana cara menggambarkan eiffel. Itu biasa, coba lukiskan eiffel itu dari sisi lain. Misal seorang bocah yang tiap hari main ke eiffel atau pedagang yang berjualan di depan eiffel.
- Kembangkan latar melalui dialog misal si tokoh berbincang dengan pedagang merchandise di dekat eiffel dan pedagang itu berkisah tentang eiffel.
- Hadirkan sisi-sisi yang tidak sebagai reportase.
E. Jangan jadi
ustadz
Penulis
memanglah tidak kosong dengan subyektivitas. Di dalamnya ada visi dan misi
tentang apa yang ia tulis. Ada pesan moral, tapi kan kamu sedang menulis
cerita? Karenanya kamu tidak perlu menjadi ustadz dalam ceritamu.
Berikut
tipsnya:
- Sajikan pesan moral tetap dalam bingkai cerita.
- Paling mudah menyajikan pesan moral melalui dialog antar tokoh.
- Smooth, kalem, dan lembut aja, ya.
- Hindarkan kalimat panjang-panjang pada pesan moral ini, karena bagian ini rentan membuatmu menjadi seorang penceramah.
- Jangan memvonis, kamu hanya menyodorkan sebuah “nilai moral”, tidak perlu menghakimi ini benar itu salah.
- Hindarkan kutipan-kutipan yang straight, namun bingkailah dalil itu melalui sebuah cerita.
- Pastikan semua itu berjalan secara alamiah dan tidak terkesan di paksakan.
F. Kalimat tidak
kaku
Agar kalimat
tidak kaku dan membosankan, baik narasi maupun dialog, tidak kaku dan
membosankan, simak tips berikut ini:
- Kombinasikan kalimat panjang pendek dengan harmonis.
- Kombinasikan antara narasi dan dialog secara seimbang.
- Buat tokoh-tokoh bergerak dinamis, jangan lelet beku, dan stag. Caranya: sisipkan kalimat-kalimat naratif yang menjelaskan perubahan suasana latar atau emosi tokoh di antara dialog-dialog yang mengalirkan cerita.
- Pastikan kalimatmu tuntas. Maksudnya, jangan terjebak pada frase. Setiap kalimat pasti punya (minimal) predikat. Kalau frase tidak ada predikatnya.
- Gunakan tanda baca dengan cermat yang mencerminkan suasana cerita yang sedang berjalan.
- Selipkan teknik flashback untuk memvariasikan alur cerita yang sedang berjalan.
- Hadirkan kalimat-kalimat selipan tentang latar.
- Pastikan kalimat yang diucapkan tokohnya sesuai karakter logisnya.
- Perkaya kosakatamu.
- Jangan kaku membuat kalimat yang berpedoman pada EYD atau tata bahasa baku.
- Gunakan kata-kat kecil penyambung seperti kata: ah, uh, wah, nah, heh, dll.
- Kombinasikan kata ganti, dan kombinasikan kata pasif dan aktif. Misal: dia memukul atau dipukulnya.
- Hindari paragraf yang panjang-panjang.
- Pastkan setiap perubahan pengucap dipecah dalam paragraf sendiri
- Pastikan dalam dialog, setiap pengucap yang berbeda ditaruh dalam paragraf sendiri.
- Jangan bebani kalimatmu dengan makna-makna yang tidak sesuai dengan konteksmu.
- Jangan memaksakan menggunakan idiom-idiom puitik.
- Bersikaplah alamiah.
G. Tanda baca
dalam dialog dan narasi
Kesalahan
penulisan dan tanda baca sangat mengganggu pembaca. Berikut tipsnya:
- Pahami bahwa tanda baca itu berguna untuk membangun suasana emosi atau karakter latar dan tokoh, bukan hiasan belaka.
- Pahami bahwa tanda baca itu persis dengan “intonasi” dalam bahasa lisan.
- Perkuat tanda baca dengan kata sambung untuk menegaskan suasana cerita (dalam dialog)
- Jika sebuah dialog diakhiri dengan tanda tanya (?) dan atau tanda seru (!), maka tudak perlu titik lagi dan kata sambungnya ditulis dengan huruf kecil. Misal “Apa maumu?!” teriakku keras.
- Jika sebuah dialog tidak diakhiri dengan tanda tanya dan atau tanda seru, maka gunakan koma dan tanda sambung (kecuali pengucap sudah jelas, kata sambung tidak perlu ada lagi). Misal “Ah, kamu memang selalu punya alasan,” tukasku pendek. Jika tidak pakai kata sambung maka cukup pakai titik. Misal: “Ah, kamu memang selalu punya alasan.”
- Jika sebuah dialog dilanjutkan dengan keterangan suasana latar atau berganti adegan, maka cukup diakhiri dengan titik. Misal: “Sudahlah, capek aku bahas ini terus.” Kubuang mataku ke seberang jalan.
H. Tips-tips
tambahan
Beberapa tips
tambahan:
- Jika tulisanmu sudah jadi, maka endapkan paling tidak selama dua atau tiga hari. Lalu baca lagi. Koreksi. Jeda itu diperlukan untuk mengendurkan emosimu pada karyamu yang sangat tinggi akibat efek psikis menulis itu.
- Banyakin baca novel orang dan cermati teknik menulisnya.
- Rajin-rajin sharing, tanya sana-sini.
- Teruslah berlatih menulis selama nafas berhembus.
Okeyy, itulah tips-tips yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat, salam pena!
"Jangan takut salah, karena kebenaran sejati hanya milik Allah SWT"
Komentar
Posting Komentar